Monday, September 19, 2016

MU Kalah karena Tidak Bermain sebagai sebuah Tim



"(Walter) Mazzari memainkan anti-sepakbola," celoteh Jose Mourinho pada 2009, kesebelasan besutannya saat itu, Internazionale Milan, sewaktu dikalahkan oleh Sampdoria yang dilatih oleh Mazzari. Setelah tujuh tahun dan pertandingan demi pertandingan juga berlalu di antara keduanya (utamanya di Serie A Italia), Mazzari dan Mourinho akhirnya bertemu kembali.

Seolah mengulangi momen tersebut, Mourinho yang saat ini menukangi Manchester United kembali dikalahkan oleh kesebelasannya Mazzari, Watford. Pertandingan yang berlangsung di Vicarage Road tersebut berkesudahan dengan skor 3-1 untuk tuan rumah.

Sebuah gol yang (lagi-lagi) dicetak oleh Etienne Capoue sempat berhasil dibalas oleh Marcus Rashford di babak kedua. Tapi Watford mampu menampilkan taktik yang bukan anti-sepakbola, dengan dua gol berikutnya yang dicetak oleh Juan Zuniga dan sepakan penalti kapten Troy Deeney.

Gambar 1 – Susunan pemain Watford dan Manchester UnitedGambar 1 – Susunan pemain Watford dan Manchester United

Dari susunan pemain yang diturunkan oleh Watford, Mazzari memainkan 3-4-1-2 dengan Jose Holebas dan Daryl Janmaat dimainkan sebagai wing-back. Namun Mazzari tidak bisa menurunkan bek tengah andalannya, Younes Kaboul, yang absen karena cedera. Mantan bek tengah binaan akademi Manchester United, Craig Cathcart, dimainkan menjadi salah satu dari tiga bek Watford.

Sementara kritik minimnya kecepatan saat penyerangan MU langsung direspons oleh Mourinho dengan menurunkan empat penyerang, dengan Rashford dan Anthony Martial bermain di sayap, ditopang oleh kapten Wayne Rooney di belakang penyerang utama Zlatan Ibrahimovic.

Di lini belakang, setelah blundernya menghadapi Manchester City, Daley Blind dipinggirkan dan digantikan oleh Chris Smalling untuk berduet dengan Eric Bailly di posisi bek tengah. Dengan 4-2-3-1, Mourinho jelas ingin mengontrol pertandingan.

Watford Bertahan Rapat

Menghadapi MU yang tetap lebih diunggulkan, jelas tidak membuat Mazzari bisa leluasa dalam meracik strategi. Seolah sadar diri dengan kualitas lawannya, Watford bermain lebih bertahan.

Hal ini membuat formasi 3-4-1-2-nya bertransformasi menjadi 4-4-2 yang menyempit saat Watford harus bertahan. Bentuk ketika Watford bertahan ini membuat mereka memaksa United bermain melebar.

 Gambar 2 – Bentuk Watford ketika bertahan. Screenshot diambil dari BBCGambar 2 – Bentuk Watford ketika bertahan. Screenshot diambil dari BBC

Odion Ighalo, penyerang Watford, bertugas menjadi pemain pertama yang menekan para pemain MU saat lawannya itu membangun serangan.

Bentuk 4-4-2 yang menyempit pula yang membuat pemain-pemain sayap MU terjaga posisinya untuk tetap berada di sayap. Luis Antonio Valencia dan Luke Shaw senantiasa ditekan yang membuat aliran bola menjadi buntu, memaksa mereka memainkan bola kembali ke belakang atau mengirim bola panjang dan itupun arahnya kembali ke sayap.

Gambar 3 – Grafis operan sepertiga lapangan penyerangan Manchester United. Sumber: FourFourTwo Stats ZoneGambar 3 – Grafis operan sepertiga lapangan penyerangan Manchester United. Sumber: FourFourTwo Stats Zone

Koordinasi Buruk Pertahanan MU

Ditekannya pemain-pemain MU diperparah dengan koordinasi yang buruk pada pertahanan mereka. Buruknya koordinasi ini sangat terlihat pertama kali saat Smalling bertabrakan dengan David De Gea di awal pertandingan ketika menyambut bola lambung yang sebenarnya tidak berbahaya sama sekali.

Gambar 4 – Umpan silang Manchester United (kiri) dan Watford (kanan). Sumber: SquawkaGambar 4 – Umpan silang Manchester United (kiri) dan Watford (kanan). Sumber: Squawka

Selain itu, ada banyak bola umpan silang yang masuk ke kotak penalti De Gea, yaitu sebanyak 11 kali, dengan 6 di antaranya tepat sasaran (3 menjadi peluang).

Situasi ini sering memancing duel bola udara di dalam kotak penalti, di mana mereka dua kali kalah berduel dari 8 kali kesempatan. Jangan tertipu dengan angka 2 tersebut karena dari 2 itulah Watford berhasil menciptakan peluang yang berbahaya.

Jika tidak ada Marouane Fellaini yang memenangi 6 dari 7 duel udara defensifnya, serta mencatatkan 7 sapuan berhasil dengan sundulannya, pertahanan MU pasti akan lebih kerepotan.

Gambar 5 – Proses terjadinya kedua gol Watford. Screenshot diambil dari BBCGambar 5 – Proses terjadinya kedua gol Watford. Screenshot diambil dari BBC

Tidak hanya soal umpan silang, penjagaan MU dalam bertahan juga seolah mengalami kealpaan, terutama yang paling terlihat adalah saat gol pertama (Capoue) dan kedua (Zuniga) Watford. Tidak ada yang menjaga pergerakan pemain dari second line dari kedua gol Watford tersebut.

Masalah Kreativitas pada Penyerangan MU

Seburuk-buruknya Manchester United, mereka tetaplah kesebelasan yang memiliki pemain-pemain kelas dunia. Namun semalam, pemain-pemain kelas dunia tersebut seolah tidak bermain sebagai sebuah tim, melainkan sebagai individual saja.

Menyoroti per individual, para pemain MU sebenarnya sudah bermain baik: Fellaini mencatatkan 65 operan berhasil dari 67 percobaan (11 sukses dari 11 operan ke sepertiga terakhir). Pemain Belgia itu juga menciptakan 2 peluang. Luke Shaw juga menjadi pemain yang paling sukses mencetak dribel dengan 3 dribel berhasil dari 3 percobaan; Ibrahimovic memenangkan 4 dari 6 duel udaranya; Fellaini 16 kali merebut bola; Pogba selalu berhasil dari 4; Shaw membuat 5 intersep, dan Smalling mencatatkan 8 sapuan bersih dari 10.

Gambar 6 – Grafis operan gagal Manchester United. Sumber: SquawkaGambar 6 – Grafis operan gagal Manchester United. Sumber: Squawka

Untuk masalah permainan tim, banyak operan gagal dari MU, yaitu sebanyak 70 dengan 36 operan di antaranya adalah operan ke sepertiga lapangan penyerangan dan 32 saat build up di tengah lapangan.

Pogba menjadi pemain yang paling banyak melakukan kesalahan dalam operannya. Ia hanya berhasil 47 kali dari total 63 operannya.

Rooney juga mencetak 7 operan gagal dari 40 operannya (hanya 12 yang ke arah depan). Sang kapten juga terlihat sering turun, lebih turun daripada Pogba dan Fellaini. Mungkin Mourinho perlu berpikir lagi apakah akan tetap memainkan Rooney di posisi nomor 10 alih-alih nomor 8 atau 6, atau di bangku cadangan saja.

Pertandingan semalam sangat menunjukkan pengambilan keputusan yang banyak salahnya dari para pemain MU. Mereka umumnya mampu tampil baik sebagai individual, tapi tidak mampu tampil baik sebagai sebuah tim.

Watford Merespons dengan Kecepatan Wing-Back

Watford yang memainkan sepakbola bertahan, tak kelihatan selalu bertahan juga. Penguasaan bola mereka hanya 40,2% tapi dengan memainkan formasi tiga bek dan memainkan dua wing-back, Watford mampu merepotkan MU dengan kecepatan.

The Hornets berhasil mencatatkan 6 dribel sukses dari 13 percobaan yang semuanya dilakukan di wilayah sayap.

Gambar 7 – Grafis dribel Watford. Sumber: SquawkaGambar 7 – Grafis dribel Watford. Sumber: Squawka

Pasukan Mourinho tidak mampu menutup pergerakan kedua wing-back Watford. Shaw terlihat sedang tidak dalam penampilan terbaiknya sementara Valencia beberapa kali terlambat turun, apalagi pada saat MU ketinggalan.

Duet Pogba (deep playmaker) dan Fellaini (ball-winner) sebagai double pivot terlihat kuat secara fisikal, tapi masih terlihat kurang saat berkoordinasi saat bertahan.

Yang paling kentara adalah saat gol Zuniga. Saat itu Fellaini yang sebenarnya bertugas menutup Zuniga, diberi instruksi oleh Pogba untuk mengejar Roberto Pereyra (yang akhirnya mencatatkan assist), sehingga Zuniga ditinggalkan tak terjaga.

Dengan Janmaat yang memberikan assist sekaligus Zuniga yang berhasil mencetak gol, Mazzari menunjukkan bahwa kedua wing-back-nya itulah yang menjadi faktor pembeda, sekaligus menunjukkan bahwa Watford tidak hanya bisa bertahan.

Mourinho pastinya memiliki banyak pekerjaan rumah karena sudah kalah tiga kali berturut-turut (tengah pekan lalu dikalahkan 1-0 oleh tuan rumah Feyenoord di Rotterdam). Ia harus bisa membuat skuatnya bermain baik sebagai sebuah tim.

No comments:

Post a Comment